Pages

ASSALAMMUALAIKUM W.R.W.B SELAMAT DATANG DI BLOGG KU SEMOGA ANDA MENIKMATI
Subscribe:

Sabtu, 04 Februari 2012

Dalam perjalanan ke sekolah, hati Verabergumul. Papa sama sekali tidak sadar kalau tidak membawa telepon genggamnya.Ditanyakan tidak, ya? Tanya hati Vera. Tapi... apa kata teman-teman nanti, sekarangsatu-satunya kesempatan. Besok-besoktak mungkin Vera dapat membawa telepongenggam papanya lagi.“Kenapa?” tanya Papa. “Vera kokkelihatan gelisah? Ada ulangan ya!”“Ah, tidak, Pa!” Vera cepat tersenyum.Papa berhenti di depan gerbangsekolah.“Halo, semua!” senyum Vera sangatceria. Ketika Vera masuk kelas. Kebetulansekali Mita, Eko, dan Linda sedangberkumpul di pojok kelas.“Coba lihat apa yang kubawa!” Veramembuka tasnya.“Wah, telepon genggam beneran!” seruEko.“Hebat sekali!” teriak Linda.“Boleh dicoba kan, Ver?” tanya Mita.“Silakan!” Vera tersenyum bangga.“Masih berani bilang kalau akubohong?”“Nggak! Kamu memang hebat!”Sebentar saja kelas jadi ramai. Semua anakingin melihat telepon itu. Mereka jugapenasaran ingin mencoba.Vera sangat senang akan pandangankagum teman-temannya. Dadanya terasasesak karena bangga.Bel masuk berbunyi. Pelajaran pertamaMatematika dengan guru Bu Agnes yangterkenal disiplin. Vera buru-buru menyimpantelepon genggamnya. Dia tidak maumengambil risiko kalau sampai ada anakyang mencoba telepon saat pelajaranberlangsung. Bu Agnes bisa marah besar.Bu Agnes menerangkan tentang penjumlah-an angka pecahan. Kemudian memberikansoal latihan. Kelas sangat hening. Tiit ...tiit ... telepon genggam itu berbunyi tiba-tiba.Wajah Vera memucat. Semua anakserentak memandangnya. Tiiit ... . Teleponitu terus berbunyi. Bu Agnes mendekat.“Suara apa itu, Vera?” suaranyalantang. Vera ingin pingsan mendengarnya.“Vera?”“Te .. telepon genggam, Bu!”“Coba dijawab. Siapa tahu penting!”“Halo!”“Selamat pagi,” sapa seorang bapak.“Pak Lukasnya ada?”“Papa ... papa ada di kantor.”“Oh. Ini siapa ya? Boleh tahu nomor telepon kantor Pak Lukas? Saya ada janjipenting ini.”Terbata-bata Vera menyebut nomor telepon Papa. Untung sekali dia hafal nomor itu. Setelah mengucapkan terima kasih,telepon di seberang ditutup. “Vera, untukapa kamu membawa telepon genggam kesekolah?” tegur Bu Agnes.Vera tertunduk. Tiit ... Tiit ...“Hayo teleponnya dijawab!”Telepon itu berbunyi sambung-menyambung. Semua itu dari relasi bisnispapa. Vera merasa sangat tersiksa. Diaharus menjawab telepon-telepon itu padahalmengganggu suasana belajar. “Kembalikantelepon itu kepada papamu. Jangan lupa,besok ajak kedua orang tuamu datang kesekolah!”Mau tak mau Vera menurut. Lemas,dikemasinya barang-barangnya. Sudahterbayang bagaimana marahnya Papa-Mama. Dalam hati Vera menyesal. Aduh,kalau saja dia tidak membawa telepongenggam itu. Kalau saja dia tidak terhasutoleh teman-temannya. Kalau saja dia takingin pamer ... Aduh. Vera menyesali dirisendiri habis-habisan.
(Sumber:
Bobo,
September 2003 denganpengubahan seperlunya)

0 komentar:

Posting Komentar

 
X-Steel - Wait